Minggu, 02 Juni 2013

Tugas Muh. Atbay R.


PERKEMBANGAN TEKOLOGI DAN SISTEM KEPERCAYAAN AWAL
NAMA : MUHAMMAD ATBAY RIFAI-X.9-123300
e-mail : Atbaiangga98@gmail.com


Masyarakat Berburu dan Berpindah-Pindah

Kehidupan masyarakat berburu dan berpindah-pindah sangat sederhana. Namun, mereka telah mampu menciptakan peralatan yang dapat membantu mereka dalam berburu. Oleh karena kemampuan berfikir mereka masih sangat terbatas, peralatan yang mereka ciptakan juga masih sederhana. Alat-alat terebut terbuat dari bahan-bahan yang ada di lingkungan mereka, seperti batu, kayu, tulang, dan tanduk rusa. Peralatan dari tulang dan tanduk digunakan untuk mencabut umbi-umbian atau menikam binatang buruan.

Manusia di zaman ini adalah Pithecanthropus erectus. Selain, di pacitan, peralatan yang ditemukan oleh H.R van Heekeren, Basuki, dan R.P Soejono ini juga terdapat di daerah Lahat dan Kalianda (sumatera selatan), Awang Bangkal (kalimantan timur), Cabbenge (sulawesi selatan), Trunyan (Bali), wangka ,Maumere (flores), dan Atambua (Timor). Di samping itu, ditemukan juga alat serpih dan kapak perimbas. Alat serpih biasanya digunakan untuk menguliti binatang buruan, memotong daging, atau memotong umbi-umbian seperti halnya fungsi pisau pada zaman sekarang. Alat serpih banyak ditemukan di pulau jawa, sulawesi, flores, sumatera selatan, dan timor.

Setelah kehidupan berpindah-pindah berakhir, manusia purba mulai mengenal api. Api digunakan untuk membakar bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti lumut kering, rumput kering, atau bulu binatang. Api ini diperoleh dengan cara menggosok-gosokkan dua ranting kering. Gesekan yang lama dan keras dari dua ranting kering ini dapat menimbulkan percikan api. Pada zaman ini, api sangat berguna untuk menghangatkan badan, memasak makanan, dan mengusir binatang buas. Kepercayaan masyarakat pada dewa-dewa tergambar pada lukisan di dinding –dinding gowa. Lukisan-lukisan itu juga mngandung arti kekuatan atau sumber kekuatan pelindung untuk mencegah roh jahat. Selain itu, lukian tersebut juga berkaitan dengan keperluan ilmu perdukunan, misalnya untuk meminta hujan dan kesuburan atau memperingati suatu kejadian penting.

Masyarakat Bercocok Tanam dan Beternak

Pada masyarakat bercocok tanam dan beternak, telah mengenal tempat memasak yang terbuat dari tanah liat yang dibakar pada masyarakat bercocok tanam dan beternak disebut dengan gerabah. Alat-alat penunjang kehidupan yang terbuat dari batu  juga sudah di perhalus. Mereka mulai membuat peralatan dan perhiasan yang terbuat dari batu indah (kalsedon), batu api, dan batu lainnya. Masyarakat bercocok tanam dan betenak beranggapan bahwa orang yang telah meninggal akan pergi jauh ke suatu tempat di dunia lain. Apabiala seseorang yang meninggal mempunyai kekuatan lain atau berilmu, diharapkan jiwa orang tersebut masih dapat berhubungan dengan anggota masyarakat yang ditinggalkannya, terutama, untuk dimintai nasehat dalam memutuskan suatu maslah. Pada zaman ini, praktik perdukunan juga mulai muncul sebagai akibat dari berkembangnya pola penyakit. Di duga, para dukun ini mulainya adalah para pemimpin keprcayaan yang memiliki kekuatan magis.

Masyarakat Perundagian

Pada zaman ini, teknik peleburan biji logam, pembuatan benda-benda dari logam (tembaga, perunggu dan besi), dan pembuatan rumah juga ditemukan. Keprcayaan masyarakat zaman perundagian tidak jauh berbeda dengan kpercayaan masyarakat di zaman sebelumnya. Inti kepercayaan mereka adalah pemujaan kepada roh nenek moyang. Secara perlahan, kepercayaan ini terus berkembang dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Setiap tindakan atau kegiatan masyarakat yang dianggap penting harus didahului dengan upacara atau persembahan kepada nenenk moyang. Kpercayaan dalam masyarakat keperundagian mempunyai kedudukan yang sangat penting. Inn terbukti dengan ditemukannya berbagai alat yang dipakai untuk melakasanakan upacara dan bangunan-bangunan pemujaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar