PERKEMBANGAN TEKOLOGI DAN SISTEM KEPERCAYAAN
AWAL
NAMA : MUHAMMAD ATBAY RIFAI-X.9-123300
e-mail : Atbaiangga98@gmail.com
Masyarakat Berburu dan Berpindah-Pindah
Kehidupan masyarakat berburu dan berpindah-pindah
sangat sederhana. Namun, mereka telah mampu menciptakan peralatan yang dapat
membantu mereka dalam berburu. Oleh karena kemampuan berfikir mereka masih
sangat terbatas, peralatan yang mereka ciptakan juga masih sederhana. Alat-alat
terebut terbuat dari bahan-bahan yang ada di lingkungan mereka, seperti batu,
kayu, tulang, dan tanduk rusa. Peralatan dari tulang dan tanduk digunakan untuk
mencabut umbi-umbian atau menikam binatang buruan.
Manusia di zaman ini adalah Pithecanthropus erectus.
Selain, di pacitan, peralatan yang ditemukan oleh H.R van Heekeren, Basuki, dan
R.P Soejono ini juga terdapat di daerah Lahat dan Kalianda (sumatera selatan),
Awang Bangkal (kalimantan timur), Cabbenge (sulawesi selatan), Trunyan (Bali),
wangka ,Maumere (flores), dan Atambua (Timor). Di samping itu, ditemukan juga
alat serpih dan kapak perimbas. Alat serpih biasanya digunakan untuk menguliti
binatang buruan, memotong daging, atau memotong umbi-umbian seperti halnya
fungsi pisau pada zaman sekarang. Alat serpih banyak ditemukan di pulau jawa,
sulawesi, flores, sumatera selatan, dan timor.
Setelah kehidupan berpindah-pindah berakhir, manusia
purba mulai mengenal api. Api digunakan untuk membakar bahan-bahan yang mudah
terbakar, seperti lumut kering, rumput kering, atau bulu binatang. Api ini
diperoleh dengan cara menggosok-gosokkan dua ranting kering. Gesekan yang lama
dan keras dari dua ranting kering ini dapat menimbulkan percikan api. Pada
zaman ini, api sangat berguna untuk menghangatkan badan, memasak makanan, dan
mengusir binatang buas. Kepercayaan masyarakat pada dewa-dewa tergambar pada
lukisan di dinding –dinding gowa. Lukisan-lukisan itu juga mngandung arti
kekuatan atau sumber kekuatan pelindung untuk mencegah roh jahat. Selain itu,
lukian tersebut juga berkaitan dengan keperluan ilmu perdukunan, misalnya untuk
meminta hujan dan kesuburan atau memperingati suatu kejadian penting.
Masyarakat Bercocok Tanam dan Beternak
Pada masyarakat bercocok tanam dan beternak, telah
mengenal tempat memasak yang terbuat dari tanah liat yang dibakar pada
masyarakat bercocok tanam dan beternak disebut dengan gerabah. Alat-alat
penunjang kehidupan yang terbuat dari batu
juga sudah di perhalus. Mereka mulai membuat peralatan dan perhiasan
yang terbuat dari batu indah (kalsedon), batu api, dan batu lainnya. Masyarakat
bercocok tanam dan betenak beranggapan bahwa orang yang telah meninggal akan
pergi jauh ke suatu tempat di dunia lain. Apabiala seseorang yang meninggal
mempunyai kekuatan lain atau berilmu, diharapkan jiwa orang tersebut masih
dapat berhubungan dengan anggota masyarakat yang ditinggalkannya, terutama,
untuk dimintai nasehat dalam memutuskan suatu maslah. Pada zaman ini, praktik
perdukunan juga mulai muncul sebagai akibat dari berkembangnya pola penyakit.
Di duga, para dukun ini mulainya adalah para pemimpin keprcayaan yang memiliki
kekuatan magis.
Masyarakat Perundagian
Pada zaman ini, teknik peleburan biji logam,
pembuatan benda-benda dari logam (tembaga, perunggu dan besi), dan pembuatan
rumah juga ditemukan. Keprcayaan masyarakat zaman perundagian tidak jauh
berbeda dengan kpercayaan masyarakat di zaman sebelumnya. Inti kepercayaan
mereka adalah pemujaan kepada roh nenek moyang. Secara perlahan, kepercayaan
ini terus berkembang dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
Setiap tindakan atau kegiatan masyarakat yang dianggap penting harus didahului
dengan upacara atau persembahan kepada nenenk moyang. Kpercayaan dalam
masyarakat keperundagian mempunyai kedudukan yang sangat penting. Inn terbukti
dengan ditemukannya berbagai alat yang dipakai untuk melakasanakan upacara dan
bangunan-bangunan pemujaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar