Minggu, 02 Juni 2013

Putri N.


R.A KARTINI
OLEH : PUTRI NURFADILA-X.9-123310
e-mail : idiLa25@yahoo.com

BIODATA
Nama lengkap : Raden Adjeng Kartini
Panggilan : Raden Ayu Kartini
Tempat & Tgl lahir : Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879
Tempat & Tgl meninggal : Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904
Dikenal karena : Emansipasi wanita
Agama : Islam
Pasangan : R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat

BIOGRAFI  R.A. KARTINI
Raden Ajeng Kartini adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi (emansipasi wanita). Beliau adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Ibu Kita Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI.
Raden Ayu adalah gelar untuk wanita bangsawan yang menikah dengan pria bangsawan dari keturunan generasi kedua hingga ke delapan dari seorang raja Jawa yang pernah memerintah, sedang penggunaan gelar R.A. (Raden Ajeng) hanya berlaku ketika belum menikah. Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, RA Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit. Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah. Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Raden Adjeng Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Raden Ayu Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

SURAT-SURAT dan BUKU tentang KARTINI
Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat R.A Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini. Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru. Bukunya sebagai berikut :
  • Habis Gelap Terbitlah Terang (diterbitkan oleh Balai Pustaka, pada 1922)
  • Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya (terbit pada 1979)
  • Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904
  • Panggil Aku Kartini Saja (karya Pramoedya Ananta Toer)
  • Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya (terbit pada akhir tahun 1987)
  • Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903
PERINGATAN HARI KARTINI - 21 April
Presiden Soekarno , mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.
Perjuangan Kartini Bagi Wanita Indonesia
Sebagai seorang tokoh nasional yang memperjuangkan hak perempuan di Indonesia, Raden Ajeng Kartini terbukti telah berhasil mewujudkan impiannya untuk menyuarakan emansipasi bagi seluruh perempuan yang ada di Indonesia dan dampaknya dapat dirasakan sampai saat ini. Banyak anggapan yang menyatakan bahwa Raden Ajeng Kartini bukanlah pahlawan karena beliau tidak terjun langsung menghadapi penjajah di medan perang namun pada jaman itu, beliau adalah satu – satunya perempuan yang berani melawan penjajah yang telah membelenggu perempuan dari kebodohan dan tidak mempunyai kebebasan dalam mendapatkan haknya. Apa yang telah diperjuangkan oleh Raden Ajeng Kartini ternyata memiliki pengaruh besar yang positif dalam menginspirasi seluruh wanita di Indonesia. Raden Ajeng Kartini merupakan tokoh wanita yang akan selalu menjadi inspirasi sepanjang masa. Perjuangan dan semangat hidupnya tidak akan pernah lekang oleh waktu.
Dan untuk meneruskan perjuangannya, kini bangsa Indonesia memperingati hari kartini setiap tanggal 21 April, yaitu hari dimana Raden Ajeng Kartini dilahirkan. Pada hari Kartini ini, seluruh bangsa Indonesia terutama kaum perempuan memperingatinya dengan berbagai cara, seperti melestarikan kebaya, batik, dan kain tenun sebagai busana yang dapat digunakan sehari – hari. Selain itu, pastinya peringatan hari Kartini juga dimaknai dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai oleh seluruh perempuan di Indonesia, dimana perempuan juga bisa beraktualisasi dan memberikan kontribusi nyata dalam setiap aspek kehidupan.
Perempuan Indonesia kini dapat berbangga diri karena kemampuan untuk dapat mengaktualisasikan dirinya telah disejajarkan dengan pria. Raden Ajeng Kartini telah membuka mata bangsa Indonesia bahwa perjuangannya untuk mewujudkan emansipasi wanita nyatanya mampu memberikan suatu perubahan, dimana diskriminasi terhadap kinerja perempuan telah dihapuskan dan ini terbukti dengan banyaknya “kartini” di jaman moderen yang telah berhasil memiliki karir yang cemerlang dalam dunia kerja.Referensi :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar