Senin, 27 Mei 2013

Tugas Tri Wulandari

Pahlawan dari Palopo “Andi Djemma”
Oleh : Tri Wulandari
Email : triwulan9770@yahoo.com

Andi Djemma (lahir di Palopo, Sulawesi Selatan, 15 Januari 1901 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 23 Februari 1965 pada umur 64 tahun) adalah Raja (Datu) Luwu seorang tokoh Indonesia dan dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Republik Indonesia tanggal 8 November 2002.
Wilayah kekuasaannya kemudian menjadi daerah setingkat kabupaten setelah beberapa wilayahnya memisahkan diri menjadi beberapa kabupaten, Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara, Kota Palopo, Kabupaten Luwu Timur dan Tana Toraja, semuanya masih di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan Kolaka menjadi sebuah kabupaten di Sulawesi Tenggara dan Poso di Sulawesi Tengah.
Menjelang kemerdekaan Indonesia pada 15 Agustus 1945, Djemma bahkan memimpin 'Gerakan Soekarno Muda' dan memimpin Perlawanan Semesta Rakyat Luwu pada 23 Januari 1946. Tanggal itu sekarang diperingati sebagai Hari Perlawanan Rakyat Semesta.
Pada 5 Oktober 1945, Djemma sempat mengultimatum pihak Sekutu agar segera melucuti tentaranya dan kembali ke tangsinya di Palopo. Ultimatum itu dibalas Gubernur Jenderal Belanda, Van Mook, dengan ultimatum juga. Andi Djemma yang mempunyai lima putera itu baru tertangkap Belanda pada 3 Juli 1946 dan diasingkan ke Ternate. Ia akhirnya meninggal di Makassar pada 23 Februari 1965.
Andi Djemma dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2002 oleh Presiden Republik atas jasa-jasanya kepada negara.

Disaat Belanda berhasil menaklukkan kerajaan Luwu, Andi Djemma mulai mempelajari segala hal mengenai pemerintahan dan tradisi kerajaan dari sang ibu serta pejabat-pejabat tinggi istana.

Sebelum menjadi datu, pada tahun 1919 dia memegang jabatan setingkat wedana di Kolaka. Amanah itu diembannya hingga tahun 1923. Setelah itu dia kembali ke kota kelahirannya, Palopo dan mempersiapkan untuk menjadi datu. Sejak saat itu dia mulai mengenal paham nasionalisme. Dia dipercaya memimpin sebuah organisasi yang merupakan cabang dari sebuah politik di Jawa. Karena kepemimpinannya itulah, segala kegiatannya diawasi oleh Belanda.


Pada tahun 1935, ketika Andi Kombo ibu dari Andi Djemma meninggal dunia, golongan yang pro Belanda berusaha menghalangi pengangkatan Andi Djemma                          sebagai datu kerajaan Luwu. Namun banyak rakyat Luwu yang mendukungnya, usaha itupun berhasil digagalkan. Karena, mereka mengancam akan mengadakan kerusuhan jika Andi Djemma tidak diangkat menjadi datu.

Selama menjadi datu, organisasi kebangsaan dan agama seperti Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) dan Muhammadiyah diberinya lebih banyak ruang untuk menjalankan kegiatannya di Kerajaan Luwu. Meskipun kebijakannya itu kurang disukai oleh para pemangku adat kerajaan.

Setelah kemerdekaan RI diproklamirkan, dia mengeluarkan pernyataan bahwa kerajaan Luwu merupakan bagian dari negara RI. Untuk menyatukan sikap dan menentang kembalinya kekuasaan Belanda. Pada Septeber 1945, dia memprakarsai pertemuan raja-raja Sulawesi Selatan di Watampone. Tidak hanya itu, dia juga merestui pembentukan badan-badan perjuangan Palopo khususnya dan daerah Luwu pada umumnya. Badan-badan tersebut antara lain Pemuda Nasional Indonesia (PNI) dan Pemuda Republik Indonesia.

pada november 1945, pasukan Australia yang mewakili tentara sekutu tiba di Palopo. Kedatangan mereka bermaksud untuk melucuti tentara Jepang. Awalnya hubungan pasukan Australia dan Andi Djemma berjalan tanpa masalah. Namun belakangan masalah baru tibul ketika pihak Australia atas desakan Belanda melarang pengibaran bendera Merah Putih. Selain itu, patrolike luar kota mulai dilakukan pasukan Belanda. Andi Djemma pun mengeluarkan ultimatum untuk mengusir tentara Belanda dalam waktu 2x24 jam. Namun Belanda tidak mempedulikan ultimatum tersebut, maka terjadilah pertempuran dalam kota pada 23 Januari 1946. Meskipun pada mulanya merasa terdesak, akhirnya Belanda dapat menguasai kota Palopo setelah mendatangkan jumlah pasukan yang lebih besar.
SRI PADUKA DATU LUWU ANDI DJEMMA adalah ikon perjuangan rakyat Luwu. Pahlawan nasional yang telah mewakafkan hidupnya untuk republik. Sebagai raja ia rela meninggalkan istana berikut harta bendanya,  memilih berjuang bersama rakyatnya demi mempertahankan kemerdekaan bangsa.
”Saya tidak rela meninggalkan Istana dan semua kekayaan saya apabila saya tidak rela sehidup semati dengan anak-anakku, dan saya bersedia tunduk di atas telunjuk anak-anakku kemana saja aku dibawanya,” demikian kebulatan hati seorang Andi Djemma, sebagaimana kesaksian Yusuf Setia, salah seorang ex Kaigun Heiho, yang dikutip dari buku Andi Djemma Datu Luwu: Tahta bagi Republik.
Andi Djemma adalah pemimpin rakyat sejati yang telah dilahirkan sejarah. Jika ditafsirkan, “Djemma” memiliki pengertian sama dengan “rakyat” atau “orang banyak” (masyarakat). Sebagai pemimpin, Andi Djemma telah membuktikan dengan sikap: datang, hidup dan belajar dari rakyat, mengabdi untuk rakyat. Sebuah totalitas yang tanpa pamrih.Kepemimpinan Andi Djemma berlandaskan nilai filosofi budaya Luwu: Lempu (jujur), Getteng (tegas), Ada Tongeng (berkata benar), dan Temmappasilangeng (adil). Itulah alasan, mengapa dia sangat dicintai rakyatnya.
Ketika dilahirkan pada tahun 1901 di Salassae, Istana Datu Luwu di Palopo, Andi Djemma yang memiliki nama kecil Andi Pattiware, sudah menyandang predikat sebagai anak mattola atau putra mahkota. Ibundanya, Sitti Huzaimah Andi Kambo Opu Daeng Risompa, adalah Datu Luwu ke-32, sedangkan ayahnya, Andi Tenri Lengka adalah Cenning Luwu (putra mahkota) yang saat itu menjabat panglima perang Kerajaan Luwu. Namun segala tetek bengek predikat sosial yang disandangnya itu tak membuat Andi Djemma pongah. Justru semuanya itu mendorong dirinya untuk semakin dekat dan mencintai rakyatnya. Konsep kebersamaan yang lebih kita kenal dengan istilah “masseddi siri”, berhasil dibangun Andi Djemma sebagai nilai, yang melahirkan semangat perlawanan rakyat Luwu 23 Januari 1946.
Semangat ini, tentu diharapkan tak lekang dimakan zaman. Peringatan Hari Jadi Luwu dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu adalah sebuah momentum strategis dalam kerangka merajut nilai-nilai massedi siri’, yang belakangan ini kian rapuh. Peringatan yang secara tematik: merupakan ’starting point’ kebersatuan Tana Luwu pasca pemekaran, secara konseptual sungguh sangat indah.
Rasanya, obsesi Andi Djemma yang bagi kita merupakan suatu tangungjawab sejarah, kian mendekat: terbentuknya Provinsi Luwu! Ini patut digarisbawahi dengan tebal. Apatah lagi, tema kali ini seolah bersinergi kuat dengan kerinduan rakyat eks onder afdeling Luwu, untuk bersatu kembali dalam bingkai provinsi. Ini adalah utang sejarah yang belum lunas, yang diwariskan Andi Djemma kepada mereka yang merasa diri sebagai wija To Luwu. Karena di akhir hayatnya, selain lima orang putera dari tiga kali pernikahan, Andi Djemma tidak meninggalkan harta yang berlimpah, kecuali sebuah nama, nilai keteladanan, dan utang sejarah: pembentukan Provinsi Luwu.
andi djemma
Andi Djemma (kedua dari kanan - depan) bersama raja-raja se- Sulawesi Selatan ketika diterima Presiden Soekarno di Istana Negara
Provinsi Luwu, adalah perjuangan menuju kebersatuan Tana Luwu. Dan Andi Djemma belum berhasil mewujudkannya hingga wafat. Puteranya, Andi Achmad Opu To Addi Luwu, yang melanjutkan perjuangan ini, juga belum berhasil mewujudkannya hingga Datu Luwu ini mangkat pada tahun 2002. Di berbagai kesempatan, termasuk ketika memberikan amanah dalam rangka syukuran pembentukan Kota Palopo, 11 juli 2002, Andi Achmad menyampaikan,“Masih ada obsesi yang merupakan warisan sejarah yang insya Allah akan senantiasa tetap diperjuangkan, yaitu pembentukan provinsi. Dan ini saya titipkan kepada semua rakyat Luwu tanpa terkecuali.”










ANDI DJEMMA PAHLAWAN NASIONAL DARI SULAWESI SELATAN
(LUWU, KOTA PALOPO)
Banyak yang belum mengetahui sejarah perjuangan dari seorang ANDI DJEMMA. Yang merupakan tokoh nasional yang berjuang untuk SELAMATKAN INDONESIA dari penjajahan sekutu pada waktu itu.
Andi Djemma lahir di Palopo, Sulawesi Selatan, 15 Januari 1901 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 23 Februari 1965 pada umur 64 tahun. Beliau adalah Raja (Datu) Luwu seorang tokoh Indonesia yang berjuang di wilayahnya untuk mempertahankan NKRI.
Kedatuan Luwu adalah kerajaan pertama di Sulawesi Selatan yang menyatakan bergabung ke dalam pangkuan republik dan dengan mengusulkan kepada presiden RI satu permintaan yaitu Daerah Istimewa Luwu. Menjelang kemerdekaan Indonesia pada 15 Agustus 1945, Andi Djemma bahkan memimpin ‘Gerakan Soekarno Muda’ dan memimpin Perlawanan Semesta Rakyat Luwu pada 23 Januari 1946. Tanggal itu sekarang diperingati sebagai Hari Perlawanan Rakyat Semesta. Beliau memimpin rakyat luwu (palopo) untuk berperang angkat senjata melawan tentara sekutu yang di boncengi oleh tentara NICA ( Nedelans Indiscehe Company Administration )
Pada 5 Oktober 1945, Andi Djemma sempat mengultimatum pihak Sekutu agar segera melucuti tentaranya dan kembali ke tangsinya di Palopo. Ultimatum itu dibalas Gubernur Jenderal Belanda, Van Mook, dengan mengirim puluhan bom kedalam kota Palopo.
Datu Luwu Andi Djemma bersama rakyatnya tidak gentar dengan serangan dari laut itu, Persembahan jiwa dan raga dari Bumi Sawerigading (julukan tanah Luwu) yang tidak rela di jajah oleh pihak sekutu terus berkobar sehingga Perang pun pecah di hampir semua wilayah Luwu raya. Kota Palopo di kuasi pemuda. Untuk beberapa jam sekutu mundur ke selatan. Sebelum bantuan yang besar datang dan menguasi kembali pusat kota Palopo.
Perlawanan semesta rakyat Luwu punya nilai historis sendiri ini karena perlawanan itu termasuk paling luas. Perang meletus sepanjang tidak kurang 200 km. Perang dengan lokasi yang panjang itu menyulitkan sekutu.
Efek dari perang tersebut, Belanda sangat murka dan mengirim Raymond Wasterling. Merasa dipermalukan Wasterling mengamuk dengan membantai kurang lebih 40.000 jiwa rakyat tak berdosa sepanjang Sulawesi Selatan. Walau angka korban 40.000 jiwa itu masih diperdebatkan mengingat angka 40.000 jiwa terlalu besar.
Karena tekanan yang disebabkan oleh kekuatan yang tidak seimbang, hingga beliau terpaksa meninggalkan istana bersama permaisyurinya, memimpin rakyatnya ber GERILYA di dalam wilayah kerajaannya, yang mengakibatkan tertangkapnya ANDI DJEMMA oleh tentara NICA. Andi Djemma yang mempunyai lima putera itu baru tertangkap pada 3 Juli 1946 dan diasingkan ke Ternate. Ia akhirnya meninggal di Makassar pada 23 Februari 1965.
Atas jasa-jasa beliau ini , sehingga Andi djemma di anugrahi bintang kehormatan , lencana “ Bintang Gerilya “ pada tanggal 10 november 1958 dengan nomor 36.822 yang di tanda tangani langsung oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno. Sebagai daerah paling sebentar di jajah Belanda sekitar 30 tahun, Inilah persembahan wija to Luwu (rakyat Luwu) untuk republik ini.
diKarenakan pada saat itu di wilayah luwu sedang bergejolak pemberontakan DI/TII yang di pimpin oleh Abdul Kahhar Mudzakkar. Sehingga Sampai Andi djemma wafat, permintaan beliau kepada Soekarno untuk membentuk Daerah Istimewa Luwu yang telah di setujui tidak pernah kunjung dalam wujud nyata sebagaimana di harapkan Andi djemma dan masyarakat luwu.











Daftar Pustaka
id.wikipedia.org/wiki/Andi_Djemma
www.tokohindonesia.com › TokohPahlawan
profil.merdeka.com › PROFILINDONESIAA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar